Rabu, 24 Oktober 2007

TUMBANGNYA SIPENUNGGU POHON

Dul Shomad
TUMBANGNYA SIPENUNGGU POHON
Akhir-akhir ini pak Widyo duduk termenung didepan rumah hampir setiap sore hari. Sebagai kepala desa Ia sedih, karena melihat banyak rakyatnya yang semakin lama tingkah lakunya makin aneh saja. Yaitu hampir setiap hari secara bergantian pergi ke sebuah bukit yang letaknya di selatan Dukuh Salamat dimana terdapat sebuah pohon besar dengan batangnya terbungkus kain mori putih yang terletak dipuncak bukit itu. Mereka yang kesana mempunyai berbagai macam tujuan, antara lain seperti biar jualannya laris, minta pengobatan, agar anaknya tidak rewel, diberi keselamatan dan lain sebagainya
Dengan membawa sesaji seperti kembang setaman, beras kuning, kemenyan dan telur mentah, kemudian oleh mbah Kromo yang dipercaya sebagai juru kunci.lalu dibacakan mantera dan jampi-jampi. Setelah selesai melaksanakan ritual, mereka kemudian memberi uang seikhlasnya kepada orang tua tersebut.
Kejadian ini hampir setiap hari ada, apa lagi saat bertepatan pada hari-hari tertentu seperti malam jum’at kliwon, selasa kliwon atau malam suro luar biasa pengunjungnya. Bahkan orang-orang yang berasal dari tetangga desa yang jauhpun ikut dating.

Sebagai pemimpin didesa Salamat, ia merasa berdosa jika tidak dapat menghentikan perbuatan-perbuatan rakyatnya. Berbagai upaya telah dilakukannya seperti seringnya memberi penjelasan bahwa perbuatan tersebut sangat dilarang agama, bahkan pernah pak Widyo sempat mengancam akan menebang pohon tersebut, tapi selalu diprotes dan dihalang-halangi oleh para penduduk yang sering mendatangi tempat tersebut.

Karena merasa tidak mampu, akhirnya ia menyerah meski masih mencari jalan untuk menyelesaikan masalah ini. Pada suatu sore tiba-tiba ia teringat oleh seorang sahabat yang sering memberikan nasehat dan jalan keluar berbagai persoalan yaitu Dul Shomad yang tinggal didesa Enggalmelati sebelah utara Salamat. Tanpa pikir panjang ia langsung pergi ketempat tinggal Dul Shomad.

“Assalamu’alaikum…!”. “Siapa ya ?” jawab Dul Shomad dari dalam.”Alhamdulillaaah….pak Widyo mau silaturrahmi kegubuk kami”. “Iya pak Dul disamping sudah kangen juga aku punya maksud”, kata pak lurah. “O..yaa mari masuk kebetulah aku baru saja salat asar”, Dul Shomad mempersilahkan. Setelah duduk dan menikmati hidangan yang diberikan Dul Shomad, lalu pak Widyo menceritakan persoalan yang menimpa rakyatnya. “Astaghfirullaaah…itu syirik namanya dan harus secepatnya dihentikan”, kata Dul Shomad. “Itulah sebabnya pak Dul, kami kesini untuk minta nasehat bagaimana cara menghentikan mereka”. Dul Shomad diam agak lama sambil mengusap-usap jenggotnya yang semakin memutih kemudian bangun dan berkata,”Hmmm…..yah...yaaaa kini aku tahu cara menghentikan mereka. Nanti malam kita langsung menuju ketempat pohon itu dan tolong sediakan pipa besi yang panjangnya kira-kira lima meteran”.
Pak lurah menurut saja, kemudian malamnya dengan membawa pipa panjang dan kawat mereka berdua pergi ketempat pohon itu. Dul Shomad dan pak Wid memanjat keatas pohon yang kebetulan dahan-dahannya kuat dan mudah untuk dipanjat, lalu menancapkan besi didahan paling atas sambil diikat beberapa kawat, setelah selesai mereka turun. “Maksudnya apa pak Dul ?”Tanya pak Wid dengan penuh rasa keheranan. “Sudahlah kita tunggu saja sampai nanti jika ada hujan mau turun, sabarlah”, jawab Dul Shomad.

Para penduduk tidak tahu jika diatas pohon sudah dipasangi besi panjang. Hari berganti hari waktu sudah berjalan seminggu, pada suatu sore hari langit kelihatan mendung dan hujan turun rintik-rintik. Suara petir mulai terdengar, lama kelamaan semakin sering dan keras pada puncaknya tiba-tiba, Dhuaaaaar……….!!! Krosaaak…bruuuuk bagaikan dentuman meriam, petir tadi menyambar besi diatas pohon dan langsung membakar dan menghancurkan pohon yang dikeramatkan masyarakat tersebut.. Mendengar suara keras itu, para penduduk berlarian mendatangi sumber suara yang menggelegar, dan ternyata….oirang-orang yang datang seakan tak percaya melihat kejadian yang baru saja didepan mata.

Dalam suasana bengong tiba-tiba masyarakat dikejutkan suara mbah Kromo dari rumah berlari menuju tempat itu,”Oooh..pohon ituu….Hyang penunggu telah murka…hyang penunggu telah murka, ini akibat kelalaian kalian semua dalam memberikan sesaji masih ada yang kurang, cepat sujud dan mohon ampunannya..cepaat sebelum bencana kembali lagi !!” Baru saja para penduduk mau melakukan perintah mbah Kromo, tiba-tiba dari arah belakang pak lurah tampil dan menyerukan suara lantang ,”Stooop..!!! hentikan perbuatan kalian……!!!, pebuatan kalian selama ini keliru, ini pak Dul yang akan menjelaskan…..hayo mundur…mundur sedikit”. Dengan tenang Dul Shomad maju kedepan dan menerangkan dengan pelan tapi jelas,”Bapak-bapak semua, perbuatan kalian selama ini jelas-jelas telah keliru. Itu bukan penunggu yang murka, tapi Allah lah yang marah, karena selama ini kalian memuja-muja, memberi sesaji dan meminta pertolongan pada benda ini…… Sekarang….tolong direnungi lagi, kenapa benda yang konon kuat dan kalian anggap keramatpun dapat hancur oleh petir. Berarti masih ada yang lebih kuat yaitu Allah melalui petir ini dengan mudah menghancurkan benda yang katanya dapat memberi pertolongan. Naah mulai sekarang, mari kita cepat-cepat sadar dan bertobat kepada Allah. Karena Dialah yang paling berhak disembah dan diminta pertolongan, jangan minta pada pohon, itu sam saja menyekutukan Allah dan syirik”. Semua yang hadir disitu tertunduk dan diam lalu saling melirik, seolah mereka merasa selama ini perbuatannya itu salah, lalu satu persatu meninggalkan tempat itu, mbah Kromopun terlihat malu dan ngeloyor pergi.

Pak Widyo menghampiri Dul Shomad,”Alhamdulillah…waah..waah berkat idemu akhirnya semua jadi sadar pak Dul” lalu dijawab Dul Shomad dengan tersenyum, “Bukan …bukan karena saya. Itu semua karena Allah melalui saya. Karena menurut ilmu pengetahuan, dimanapun tempat yang paling tinggi itulah yang menjadi sasaran utama petir”
Setelah peristiwa itu lambat laun masyarakat mulai mau lagi pergi kemasjid, selain shalat mereka mendengarkan pengajian dan ceramah yang disampaikan oleh Dul Shomad tentang akidah dan akhlak. (kak Imam)

Tidak ada komentar: