Rabu, 24 Oktober 2007

Pahlawan muslim yang dilupakan.

Pahlawan muslim yang dilupakan.

Adik adik yang soleh, bulan Agustus telah tiba. Bangsa kita kembali mempunyai hajatan besar berskala nasional, yaitu ulang tahun proklamasi kemerdekaan RI, yang kali ini sudah menginjak usia 62 tahun. Sudah lama sekali kan kita merdeka ?
Dulu ketika merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda, para pahlawan kita berjuang dengan gigihnya sampai mengorbankan jiwa raganya. Sekarang sudah merdeka dan sudah selayaknya kita menghargai jasa para pahlawan, diantaranya dengan memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus.
Namun dibalik semua itu, banyak diantara bangsa Imdonesia khususnya kaum muslim yang kurang mengetahui bahwa dalam merebut kemerdekaan, banyak pahlawan pahlawan muslim yang justru berada digaris depan dan memegang peranan penting.

Mau tahu ? Mari kita buka kembali sejarahnya. Pada pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda menyerang kembali RI yang disebut agresi Belanda II. Ketika itu ibukota RI di Yokyakarta dikuasai Belanda. Pemimpin beserta para tokohnya seperti Sukarno, Hatta Sutan Syahrir dan lainnya yang selama ini dianggap paling berjasa hingga dipuja namnya, ditangkap Belanda dan Negara dalam situasi bahaya. Disaat inilah para pahlawan yang hampir semuanya orang orang Islam dibawah pimpinan Syafruddin Prawiranegara segera membentuk kabinet darurat dengan membentuk PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) periode 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949. Mereka bukan untuk merebut jabatan atau memiliki, tapi hanya untuk menyelamatkan sementara RI dari tangan penjajah.

Syafruddin yang dibantu oleh orang orang muslim pula seperti Kol.Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, Mr. T. Mohammad Hassan, Ketua Komisaris Pemerintah Pusat berunding di Halaman areal perkebunan teh sebelah selatan Payakkumbuh. Disananlah para tokoh pejuang muslim berkumpul, diantaranya, SM Rasyid, Lukman Hakim, Indracahya, Mananti Sitompul, A Karim, Rusli Rahim dan Latif.
Mereka saling bau membahu berhasil membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan cabinet semuanya kaum muslim.

Dilain tempat, pejuang muslim lainnya membentuk stasiun radio “bawah tanah” yang disiarkan dari Takengon, Aceh Tenggara oleh tentara RI pimpinan Kolonel Husrin Yusuf. Meski dikejar kejar Belanda, namun para pejuang tak kenal lelah, dengan berpindah pindah tempat, mereka dari tengah tengah hutan berjasa mengudarakan situasi perjuangan keseluruh dunia yang memberitakan, bahwa rakyat Indonesia masih mampu melawan Belanda. Dampak dari semua ini akhirnya terjadilah peristiwa penting yang disebut lah Konferensi Meja Bundar dan akhirnya Indonesia berdaulat penuh.

Setelah semuanya selesai dan Negara dalam situasi aman, Para pejuang muslim menyerahkan kembali Negara dan ibukota kepada pemimpin sebelumnya yaitu Soekarno-Hatta secara ikhlas dan tanpa rasa pamrih.

Luar biasa jiwa amanah mereka. Perjuangan dalam menyelamatkan Negara dari musuh, dan merasa dirinya tidak berhak, lalu dikembalikan lagi kepada pemimpin sebelumnya. Sayang didalam sejarah, nama nama beliau kurang dikenal. Itulah ciri ciri para pahlawan nasional muslim yang berjuang tidak mengharapkan walau sedikitpun. Mereka berjuang atas dasar Lillahi Ta’ala.

Naah adik adik jika kalian ingin berjuang apapun dapat menyontoh para pahlawan muslim kita ini.(Habib)

Tidak ada komentar: