Rabu, 24 Oktober 2007

Balas Budi Sang Bangau

Dongeng
Balas Budi Sang Bangau
Dahulu kala disuatu lembah, hiduplah seorang pemuda bernama Citraganda. Sehari-harinya ia mengambil kayu bakar dihutan yang kemudian dijualnya kekota dan uang hasil penjualan dibelikannya makanan.
Pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota sehabis menjual kayunya, melihat sesuatu yang menggelepar diatas Lumpur. Setelah didekatinya ternyata seekor burung bangau yang sedang meronta-ronta karena terjerat perangkap. Dengan cepat Citragandapun segera melepaskan perangkap itu sehingga sang bangau bisa terbebas dan gembira lalu berputar-putar diatas kepala Citraganda beberapa kali sebelum terbang keangkasa. Sesampai dirumah turunlah hujan lebat yang disertai cuaca sangat dingin. Citraganda segera menyalakan tungku api untuk menghangatkan badan dan menyiapkan makan malam. Tiba-tiba terdengarlah suara ketukan pintu dari luar rumah. Ketika dibuka, ia terkejut, karena didepannya tampak seorang gadis yang cantik kedinginan sedang berdiri didepan pintu, kepalanya dan tangannya penuh dengan lumpur. “Mmm..mmasuklah !, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku”, ujar Citraganda. Gadis itu hanya diam saja. “Anda mau kemana ?, Tanya Citragansa lagi. “Aku mau mencari saudaraku, tetapi tidak tahu lagi harus kemana, sedangkan hujan turun lebat, aku jadi berhenti dan bermaksud berteduh, bolehkah aku menginap disini malam ini?”, kata gadis tersebut.dengan suara yang lembut. “Ooo…tidak apa-apa... tapi beginilah rumahku, kecil dan tidak punya apa-apa”,jawab Citraganda. “Aku hanya ingin menginap saja”, sahut gadis itu seraya sambil merapikan baju. Citragansa berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, iapun tidur didekat pintu depan. Ketika pagi hari saat terbangun Citraganda terkejut, karena gadis itu sudah menyiapkan makan pagi. Belum ia habis pikir tiba-tiba gadis itu berkata dengan pelan,”Maaf, aku telah lancang membuatkan makanan”. “Ooh terimakasih...terimakasih..tidak apa-apa..tidak apa-apa”, jawab Citraganda. Setelah bercerita panjang lebar yang ternyata gadis itu sebatang kara yang sedang mencari saudara satu-satunya namun tidak tahu lagi harus kemana. Citraganda menawarkan untuk tinggal. “Tinggallah disini dulu sampai kamu menemukan apa yang kamu cari”. Gadis itu hanya mengangguk.

Setelah dua pekan berlalu, tiba-tiba gadis tersebut berkata dengan sangat iba,”Maukah kamu menikah denganku, akusudah tidak tahu lagi mau kemana jika pergidari sini, sedangkan saudaraku….aku tidak tahu lagi entah kemana .”. Terkejutlah Citraganda mendengar permohonan gadis tersebut lalu berkata’”Bebb..bb..baaik..ak..akk…akku mau..tt..ttapi apakah kamu mau denganku yang hanya seorang miskin tak punya apa-apa?”. Gadis itu tersenyum haru dengan linangan air matanya yang membasahi pipi berkata,”Hhm...hh..itu bukan masalah bagiku, kini panggilah aku Ayu Tunjungbiru “. Singkat cerita kedua mempelai tersebut dinikahkan penghulu desa, sebagai istri, Tunjungbiru sangat rajin mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, sedangkan Citraganda mencari kayu dihutan untuk dijual.

Pada suatu hari Tunjungbiru meminta suaminya untuk membelikan benang dikota karena ia ingin menenun. Sang istri berpesan, jika sedang menenun didalam kamar jangan sekali-kali mengintip.
Setiap selesai menenun, hasilnya sangat bagus dan dijual oleh Citraganda kekota. Dalam waktu yang tidak lama hasilnya sudah terlihat. Kini sepasang suami istri tersebut hidup kecukupan dan membangun rumah yang besar. “Terimakasih istriku, kamu sudah memberiku segalanya”. Kini pesanan tenun sangat banyak, namun Tunjungbiru selalu mampu mengerjakannya, bahkan hampi lima hari tidak keluar dari kamar, tanpa makan dan minum juga kuat.
Suatu ketika, ia mendapat pesanan yang lebih banyak, sehingga Tunjungbiru berhari-hari mengerjakan didalam kamarnya. Karena sangat mencemaskan kondisi istrinya yang berhari-hari tidak makan, Citraganda berkeinginan melihat istrinya.

Tetapi alangkah terkejutnya ketika yang dilihatnya didalam ruangan tenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk dijadikan kain, sehingga badan bangau hampir gundul. Akhirnya bangau tadi sadar jika dirinya dilihat Citraganda dan saat itu juga berubah wujud menjadi Tunjungbiru. “Akhirnya kamu melihatnya juga”, kata istrinya. “Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah kamu tolong, dan untuk membalas budi aku merubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini. Dan kini sudah saatnya aku kembali keujudku semula dan terpaksa meninggalkan kamu”, lanjut Tunjungbiru sambil menangis. “Maafkan aku …kumohon kamu tetap disini apapun wujudmu aku menerima”, kata Citraganda. Namun Tunjungbiru telah berubah kembali menjadi bangau dan mengembangkan sayapnya, lalu terbang keangkasa. Kini tinggallah Citraganda sendirian lagi yang menyesali perbuatannya karena telah melanggar wasiat istrinya.(Haidar)

dongeng
Kesombongan berbuah kehancuran
Kak Haidar
Syahdan disuatu padang safana yang luas, tersebutlah sebuah wilayah yang bernama Masaimara.
Disitu tanahnya sangat subur, banyak rumput-rumput segar yang tumbuh hampir merata dipadang tersebut, sehingga banyak binatang herbifora yang mendatanginya untuk memperoleh rumput segar dan berkalsium tinggi.
Terlihat disana sekawanan kerbau hutan yang asyik mengunyah rerumputan, disampingnya sekelompok zebra yang tak henti-hentinya mencabuti rumput yang segar, dan ribuan wildebeest yang berlari kesana-kemari mencari lahan yang kosong untuk makan. Kerika para binatang enak-enak melahap, tiba-tiba sekelompok jerapah dari kejauhan melihat sekelompok singa yang sedang menuju dimana para binatang tersebut makan. Maklum leher jerapah panjang dan tinggi sehingga pandangannya untuk melihat hamparan luas tidak terhalang oleh pepohonan. “Hei teman-temaan…awaaaas !! ada kawanan singa dataang…semua lariii…..!!!.” teriak jerapah. Debu berterbangan dan suara menderu karena ribuan binatang lari menjauh begitu kawann singa datang.
Dengan napas yang terengah-engah bercampur kecewa para singa menggerutu, karena tak satupun buruan yang ditemukan.

Keesokan harinya kembali binatang-binatang berdatangan disitu untuk makan, namun lagi-lagi gerombolan singa dari kejauhan datang. Jerapah kembali memperingatkan para binatang untuk cepat-cepat berlari dan singa-singa lagi-lagi kecewa.
Sejak saat itu rupanya para singa sudah jenuh dan bosan untuk berburu disitu. Para binatangpun aman dalam mencari rumput. Kini para binatang herbifora mempercayai jerapah untuk menjadi mata-mata dari ancaman bahaya. Setiap hari ketika para binatang mencari rerumputan muda, jerapah hanya modar-mandir kesa-kemari dengan alasan berjaga-jaga, sedangkan para binatang mencarikan rumput segara untuk jerapah. Hal seperti ini berlangsung setiap hari, hingga lama-lama sifat jerapah mulai berubah.

Kini jerapah mulai bersikap sombong, setiap ketemu teman-temannya selalu berkata, “Hei..siapa yang dapat menyelamatkan kalian semua dari ancaman singa kalau tidak aku, jadi sudah sepantasnya kalian menghormatiku dan menjadikanku pemimpinmu”.
Kadang-kadang juga timbul sifatnya yang serakah dan licik, jika ada temannya menemukan rerumputan atau dedaunan muda yang segar ia lalu berteriak ada singa datang, begitu temannya pergi mekanan tadi dihabiskan sendiri oleh jerapah tersebut. Lama kelamaan sifat jerapah mulai tidak disukai oleh teman-temannya. Pada suatu ketika, padang Masaimara rumputnya telah habis dan binatang-binatang mencari makan berpindah didekat lembah yang penuh dengan pohon-pohon yang tinggi, jerapahpun mengikutinya. Namun ketika ada binatnag lain yang menemukan dedaunan yang segar, jerapah cepat-cepat merebutnya. Lama-kelamaan teman-temannya merasa kesal dengan tingkah laku sijerapah tersebut. Lalu dibiarkanlah jerapah menyantap sendiri makanan yang segar dengan rakus dan berlebihan, akibatnya perutnya kekenyangan dan sulit untuk berdiri, akhirnya ia hanya tidur-tiduran, sementara yang lainnya mencari sisa-sisa makanan.

Ketika matahari sudah berada tepat diatas kepala dan semua binatang belum menghabiskan makan, tiba-tiba dari arah dalam hutan terdengar suara berisik yang sangat keras, momon sikera berteriak-teriak keras memperingatkan semua binatang,”Haaiiii….semua lariii!! Gerombolah singa dataaang….” Kontan semua binatang berlarian menjauhi lembah tersebut. Malang nasib jerapah sombong itu, ia terasa berat mengangkat tubuhnya dan perutnya buncit karena kebanyakan makan. Akhirnya ia hanya bisa berteriak-teriak, “Haaiii…. Tungguuuu…jangan tinggalkan akuuu…!!, tapi baru saja dapat berdiri tiba-tiba craaap !!! sepasang taring tajam menghujam dilehernya, yang ternyata seekor singa jantan telah menerkamnya dari belakang dan bruuk !!! tubuh jerapah roboh ketanah, dibelakang singa-singa yang lapar lainnya ikut mengeroyok, sedangkan dari kejauhan teman-temannya hanya bisa memandang saja.
Itulah jika mempunyai sifat yang sombong dan serakah, akhirnya akan binasa sendiri seperti jerapah tadi.
Harga sebuah kebijaksaan

Diba seekora singa gagah perkasa. Meskipun petarung yang hebat, namun dia penguasa dataran serengeti yang dicintai rakyatnya. Hampir semua warga yang dipimpinnya merasa puas, senang, adil dan hidup rukun dibawah perintahnya.
Dalam memimpin negrinya, Diba dibantu dua pengawalnya Danda dan Giba yang keduanya juga petarung yang hebat.
Suatu ketika pada musim kemarau yang panjang datang. Bencana kekeringan melanda daratan Serengeti, rumput-rumput serta tanaman lainnya kekurangan air, mulai layu, kering kemudian mati yang menyebabkan binatang-binatang buruan tidak pernah datang lagi. Dampak dari semua ini, singa-singa kesulitan mencari binatang buruan yang mengakibatkan banyak anak anak singa yang kurus dan mati. Setiap hari satu persatu kian bertambah jumlah yang mati. Melihat situasi ini Diba merasa sedih dan prihatin sehingga memutar otaknya agar bagaimana warganya tidak habis.

Diba kemudian memanggil dua pembantunya Danda dan Giba,”Panglima, aku terpaksa akan mencari buruan diluar wilayah kita. Apapun yang menjadi resiko akan kutempuh demi rakyatku yang sedang kelaparan. Dan kamu berdua tugasnya menjaga perbatasan Serengeti. Jika aku mendapat buruan langsung bawa masuk kewilayah kita lalu bagikan kepada rakyatku. Dan jangan sekali kali kalian memakannya sebelum rakyatku kenyang. Nanti kita makan bersama setelah semuanya dapat.”. “Baik paduka , akan hamba laksanakan”, jawab mereka berdua.

Keesokan harinya Diba mulai berangkat dikawal Danda dan Giba. Sesampai diperbatasan Diba sendirian mulai menyusup kenegeri Mambonga, yang masih banyak binatang buruan. Satu persatu singa singa penjaga wilayah Mambonga dilumpuhkan. Dengan sangat hati-hati ia tetap menghin dari pengawal yang berjumlah besar.
Diba mulai mendapatkan dua ekor rusa yang langsung diberikan Danda dan Giba, selanjutnya ia berburu terus sambil menyusup, tanpa kenal lelah nyawanya dipertaruhkan demi rakyatnya.

Ditempat lain, Danda dan Giba sibuk membagi hasil buruan pada rakyat Serengeti. Namun begitu melihat hasil buruan yang banyak, tiba tiba Giba timbul niat jahatnya. Beberapa buruan disembunyikan disalah satu gua untuk dinikmati dirinya sendiri bersama keluarganya. Lama kelamaan Danda mulai curiga, setelah diselidiki ternyata benar, lalu masuklah ia kegua dan berkata, ”Ooo…ternyata bagus juga perilakumu. Sebuah pengkhianatan hanya untuk mementingkan keluarganya”. “Jangan menuduh seenaknya. Ini aku hasil buruanku sendiri.” Jawab Giba.. “Ooo..baik kita buktikan nanti jika baginda sudah pulang.”

Tak lama setelah perseteruan kedua pengawal itu, baginda sudah pulang dengan membawa hasil buruan yang memuaskan. Kedua pengawal melaporkan dan masing masing mengklaim dirinya yang benar dan saling menuduh keduanya.
Sang raja tersenyum dan berkata,”Baiklah akan kubuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang salah hukumannya akan berat yaitu pengusiran dari Serengeti. Bagaimana.!.ini kesempatan mendapatkan ampunan dariku jika kalian mau mengakui kesalahan dengan jujur”. “Hamba tidak salah, Danda yang curang!, boleh dibuktikan”, teriak Giba dengan lantang.

“Baiklah sekarang kalian berdua maju!” perintah sang raja Lalu diperiksalah kedua kuku depan dan taring keduanya. Diba mengamati kuku Danda lalu bergantu kuku Giba, dan terkejut setelah diteliti disela sela kuku Diba terdapat darah dan daging bekas bekas buruan. “Giba kamu bohong dan terbukti bersalah !.Karena jka hanya membawa binatang buruan saja, kukumu tetap akan bersih. Tapi setelah kuperiksa kuku dan taringmu masih ada sisa sisa bekas daging rusa ini berarti kamu memakannya dan juga mungkin keluargamu”. Merasa dirinya bersalah, Giba tiba-tiba menerkam Danda, dan terjadilah pertarungan sengit. Setelah keduanya terluka dan kehabisan tenaga, para pengawal lainnya diperintahkan raja untuk menangkap Giba dan diusirlah keluar Serengeti bersama seluruh keluarganya. Kini rakyat Serengeti dapat menikmati hasil buruan rajanya yang bijaksana.(Haidar)

Tidak ada komentar: