Rabu, 24 Oktober 2007

Jihad Kecil-kecilan

L i l i p u t
Jihad Kecil-kecilan
Hari Sabtu anak-anak pulang agak awal yaitu jam sebelas. Dipinggir lapangan mereka tidak langsung pulang, melainkan duduk-duduk dulu sambil melepas kepenatan setelah dari pagi memikirkan pelajaran mereka cerita kesana-kemari sambil.
Tiba-tiba Rani teringat kalau disalah satu swalayan dikota Semarang ada pameran buku, kemudian ia berkata,”Hai, teman-teman....bagaimana jika besok minggu kita jalan-jalan melihat pameran buku, bagus-bagus lho bukunya”. “Iya-ya aku baru ingat padahal waktunya tinggal besok, baiklah kita lihat bersama-sama bagaimana..., setuju..!”, kata Habib. “Setujuu...”sahut rekan-rekannya.

Hari minggu setelah usai kuliah ahad pagi yang diselenggarakan disekolah, anak-anak berkumpul. Mereka bersama-sama berjalan menuju keswalayan pusat kota dimana ada pameran buku. “Bukunya bagus-bagus, rasanya ingin kumiliki semua”, guman sebagian dari mereka sambil membolak-balik buku-buku yang dipajang.
Setelah puas melihat pameran, dan sebagian ada yang membeli, lalu mereka naik ke lantai atasnya lagi untuk melihat-lihat berbagai pakaian dan produk yang dipajang dimaal. Setelah hari hampir siang rupanya perut mereka mulai lapar. “Yuuk kita cari makanan sebelum pulang,”ajak Wira. “Iya niih perutku sudah berbunyi, enaknya kitamakan dimana” sahut Dani.”Bagaimana.... kalau kita jajan di situ. Itu..tuu...restoran cepat saji, ayamnya enak lho..ada kentangnya lagi. Gaul dikit doong bagaimana?”, kata Rizki. Ok...aayo masuk”, Dindi menyahut. “Ah enggak ah, aku mau jajan disini saja, mie lontong itu juga enak dan membuat kenyang”, jawab Habib. “Aaaah..kamu kuno sih..takut uangnya kurang yaa...nanti aku yang nraktir kalau kurang..”kata Ayu. “Terimakasih...uangku masih cukup kok. Cuma...yaaah ...suka disini aja”, jawab Habib sambil tersenyum.
Lalu anak-anak mengikuti Rizki dengan bergaya seperti turis-turis asing mereka melangkah masuk ke restoran cepat saji yang ramai oleh pengunjung. Sedangkan Dinda, Rani, Dani, Pingki, Wira dan Putri mengikuti Habib, mereka sambil duduk dikursi palstik dibawah pohon yang rindang, menyantap mie lontong dan es kelapa muda dengan lahapnya .

Setengah jam kemudian semuanya berkumpul kembali dihalte dengan perut kenyang, sambil menunggu bus kota, Riski mendekati Habib lalu berkata,”Ehh.., kamu tadi kok nggak ikut makan ayam atau kentang bersama-sama. Kan keren kalau kita masuk direstoran cepat saji itu”. Habib tersenyum sebentar lalu menjawab,” Hmm ..sebenarnya sih keren juga. Tapi bagiku, malu jika masuk restoran yang gitu-gitu itu. Aku malah bangga dengan mie lontong buatan bangsa kita sendiri”. “Ah..! kamu sok nasionalis siih ..” .sahut Rizki. “Bukan masalah sok nasionalis.... memang restoran itu juga milik orang Indonesia, tapi... kata ayahku itu asalnya kan dari Amerika sana, dan untungnya yang ngambil juga orang sana. Sedangkan kamu tahu tidak, Amerika itu kan negara yang sering memerangi orang Islam. Lihatlah di Afganistan, Irak, Palestina. Itu sama saja uang dari kamu masuk ke Amerika lalu untuk membantu tentaranya memerangi saudara kita. Bagiku yang paling baik yaaa.. tidak jajan disana. Toh penjual makanan milik bangsa kita sendiri banyak, apalagi sesama muslim. Iseng-iseng kita ikut melariskan mereka. Sebenarnya selain direstoran itu, produk-produk buatan Amerika yang dijual dinegara kitapun masih banyak. Untuk itu alangkah lebih baiknya, jika kita yang mengaku muslim untuk tidak menggunakan barang buatan mereka selama masih bisa, tapi jika adanya buatan dari sana, yaa... mau apa lagi kita. Inilah yang namanya usaha kita untuk membantu perjuangan saudara-saudara kita yang tertindas disana, meskipun sekecil apapun pokoknya kita kan sudah berusaha berjihad meski tidak iktu melawan dengan senjata...weeiii...keren dikit kan!”. Semua teman-temannya terdiam seolah-olah ikut merenungi apa yang baru saja dikatakan oleh Habib tadi. “Iya..ya kalau begitu betul juga omonganmu tadi. Berarti ...kita sama saja membantu Amerika untuk melawan saudara muslim kita sendiri..?”, guman rekan-rekannya yang ikut makan dengan Rizki tadi. Tak lama kemudian ssiiittttt....bus kota yang ditunggu sudah tiba. “Ayo..ayo kita naik.omongannya kita lanjutkan besok lagi.... .”, kata Husen. Kemudian naiklah serombongan anak-anak itu menuju rumahnya masing-masing.
Dan Alhamdulillah sejak saat itu, sebagian dari rombongan anak-anak tesebut selalu berusaha untuk menggunakan barang atau bahan yang bukan berasal dari Amerika.(Malik).

Tidak ada komentar: