Selasa, 23 Oktober 2007

Ali bin Abi Tholib

Suri tauladan
Khalifah Ali bin Abi Tholib

Adik-adik yang soleh, kalian pasti tahu siapa Khalifah Ali bin Abi Thalib? Beliau salah satu sahabat Rasulullah SAW yang mendapat julukan Karromallu waj’ah yang dilahirkan pada tahun 583 M di kota Mekkah atau 13 tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw dan merupakan khalifah pertama dari Bani Hasyim Suku Quraisy.

Keteladanan Ali bin Abi Thalib
Beliau tumbuh di bawah didikan, bimbingan dan pengajaran Rasulullah saw sejak umur enam tahun sehingga perilakunya selalu menunjukkan rasa kasih sayang, jujur, bertanggung jawab, selalu berkata benar tak pernah bohong, suka menolong sesama manusia, berakhlaq mulia, cerdas dan berpengetahuan luas dan kebaikan kepadanya. Ali sejak kecil tidak pernah melakukan perbuatan munkar atau maksiat yang sering dilakukan oleh orang-orang Quraisy.

Pada suatu hari, ketika ia melihat Rasulullah bersama Khadijah ra shalat secara sembunyi-sembunyi, lalu bertanya tentang apa yang dilakukan oleh Rasulullah dan Khadijah lalu Nabi menjawab, “Ini adalah agama Allah yang dipilihnya sendiri dan mengutus para Rasul-Nya. Aku mengajak kamu kepada (penyembahan) Allah yang satu, Esa, Tunggal, Tiada sekutu baginya, dan beribadah kepadanya.” Keesokan harinya ia menemui Rasulullah saw dan menyatakan keIslamannya dan didukung oleh ayahnya Abi Thalib.

Salah satu keberanian yang dimiliki Ali adalah menghadapi orang-orang kafir Quraysi yang mau menghentikan Rasul saat berdakwah di Darul Arqom yang terletak di belakang bukit Shofa selain itu ia sering mengantar orang-orang yang ingin bertemu Rasulullah saw

Menjadi Perisai.
Ketika umat Islam hijrah ke Madinah, kaum Quraysi makin marah dan mau membunuh Rasul dengan mengepung rumahnya. Pada malam itu Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada malam hari sedangkan Alil yang disuruh tidur didalam rumah sendiri.sehingga keesokan harinya orang Quraysi hanya mendapatkan Ali saja. Esoknya ia menyusul keMadinah dengan berjalan kaki sendirian.

Kemahiran bertempur
Ketika berlangsungnya perang Badar Kubra tahun kedua hijriyah yang diawali dengan perang tanding. Pihak Quraisy diwakili oleh Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah, sedangkan pihak kaum muslimin diwakili oleh Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin Harits. Hamzah bertarung melawan Syaibah dan dimenangkan oleh Hamzah. Disinilah Ali menunjukkan kemahiran dalam bertempur dengan mengalahkan Walid.
Kejadian ini terulang lagi ketika berlangsung perang Khandak. Kali ini Ali mengalahkan Amru bin Abdu Wudd yang berjuluk Si Seribu Ksatria.

Diera kekhalifahan Abu Bakar, Ali sangat dekat dan banyak memberikan saran-saran yang baik dalam meningkatkan pemerintahan, begitu juga dimasa Khalifah Umar bin Khattab, beliau senantiasa membantu dalam berbagai urusan, terutama dalam penentuan kalender hijriah dihitung sejak hijrahnya Rasulullah saw disetujui khalifah. Ketika Ustman menjadi khalifah, tenaga dan pikiran Ali dalam membantu penggandaan Al Qur”an dan menjelaskan kebaikan-kebaikan langkah khalifah tersebut.

Menjadi Khalifah yang ke-4
Setelah wafatnya Usman bin Affan, para sahabat meminta Ali menjadi khalifah berikutnya, namun Ali menolak dan tidak bersedia. Namun karena desakan yang kuat dari para sahabat dan untuk mencegah terjadinya kekacauan ditengah umat akhirnya Ali diangkat sebagai khalifah yang ke-4. Ali bin Abi Thalib melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan adil dan bijaksana.

Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib
Semenjak terbunuhnya Khalifah Usman merupakan awal dari rangkaian fitnah yang melanda kaum muslimin. Masa pemerintahan Ali ra, merupakan masa-masa yang sulit sehingga timbul keretakan dalam tubuh pasukan muslim seperti fitnah dan pembangkangan. Hal ini melemahkan hati Ali dan ia merasakan kekhalifahannya akan segera berakhir. Puncaknya pada malam tanggal 17 Ramadhan ketika Ali ra, menuju masjid untuk shalat shubuh, Beliau dibunuh Abdurrahman bin Amru yang kemudian berhasil ditangkap.
Khilafah telah dijabatnya selama 4 tahun 8 bulan. Beliau meninggalkan 33 orang anak, 15 laki-laki dan 18 perempuan dan dimakamkan di Kufah pada malam harinya. Beliau juga meninggalkan sikap keteladanan dan semangat perjuangan membela kebenaran dan keimanan yang patut kita ambil hikmahnya. (Haydar)
.
.

Tidak ada komentar: